Berbicara soal pariwisata, Indonesia itu surganya. Kita punya alam yang luar biasa, budaya yang unik, serta keramahan masyarakat yang selalu bikin ngangenin. Tapi jujur saja, di balik semua keindahan itu, pariwisata Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja…!
Bener gak sih?
Banyak destinasi yang mulai menunjukkan tanda-tanda “lelah”. Sampah berserakan di pantai-pantai yang dulu bersih, gunung-gunung dipenuhi jejak-jejak pengunjung yang tidak bertanggung jawab, bahkan ekosistem laut pun ikut terganggu karena aktivitas wisata yang berlebihan. Bukan salah satu pihak saja, tapi kita semua perlu introspeksi.
Sudahkah kita menjadi wisatawan yang peduli?
Bukan cuma dari sisi lingkungan, kondisi ekonomi dan sosial di banyak daerah wisata juga sedang diuji. Setelah dihantam pandemi, banyak pelaku pariwisata yang kehilangan pekerjaan dan belum sepenuhnya pulih. Beberapa tempat jadi sepi pengunjung, sementara tempat lain justru kewalahan karena overturisme tanpa pengelolaan yang baik. Ketimpangan ini menyulitkan upaya menuju pariwisata yang berkelanjutan.
Masalahnya, kesadaran kita sebagai wisatawan sering kali minim. Masih banyak yang menganggap liburan cuma soal senang-senang, tanpa berpikir panjang soal dampaknya. Padahal, pariwisata itu bukan cuma tentang kita sebagai pengunjung, tapi juga tentang masyarakat lokal, budaya, dan alam yang seharusnya kita jaga bersama.
Mulai sekarang, yuk ubah cara kita berwisata. Pilih destinasi yang memberdayakan warga lokal, kurangi jejak karbon dengan cara-cara yang lebih ramah lingkungan, dan jangan ragu untuk edukasi teman atau keluarga soal etika saat berwisata. Support UMKM lokal, bawa botol atau tumbler sendiri, dan jangan sekadar datang untuk foto (selfie), datanglah untuk belajar, menghargai, dan menjaga.
Pariwisata Indonesia bisa bangkit, tapi butuh kita semua untuk ambil bagian. Karena merawat keindahan negeri ini bukan cuma tugas pemerintah atau pelaku industri, tapi juga tanggung jawab kita sebagai wisatawan. Mari jadi bagian dari solusi untuk memajukan pariwisata Indonesia.
Penulis
Meis Musida